To Travel Flores Island in 7 days - Day 3- Waerebo-Iteng-Bajawa


Previously on: http://insangku.blogspot.com/2015/08/to-travel-flores-island-in-7-days-day-2.html
                         http://insangku.blogspot.com/2015/08/to-travel-flores-island-in-7-days.html


Saya pun menyelesaikan sarapan lebih dulu dari yang lain. Karena saya mengejar waktu. "Jam 7.30 harus berangkat dari waerebo.", begitu kata pak Blasius hari sebelumnya. Sebenarnya, hari ini saya membuat target harus mencapai desa Moni  agar bisa hunting Kelimutu besok.. Yang berjarak 9jam dari desa ini, itu belum termasuk trekkingnya.

Pukul 7.35. Setelah berpamitan dengan keluarga dari Surabaya, dan juga dengan para mamak yang masak. Saya bersiap berangkat.

saya sedikit berlari untuk naik bukit, kemudian turun, menuju ke desa Denge. 
Menikmati kesendirian Di tengah hutan, saya tergoda mendengarkan musik dari handphone. ya, saya berusaha mengedit video. Sepanjang Perjalanan pulang ini hanya bertemu 2x dengan oenduduk lokal. Ketika berpapasan, mereka biasanya bertanya tentang kesan pengunjung trrhadap desanya. "Bagus, semoga bisa kembali lagi nanti", jawab saya dengan penuh senyum.

Setelah 1 jam 45 menit trekking, akhirnya tiba di homestay pak Blasius, saya pun segera packing dan bersiap menggunakan motor. Namun ada yang aneh, saya lupa dimana tripod & selfie stick yang saya bawa. Seperti kehilangan kesadaran ketika berjalan turun dari waerebo. Tidak ingat sama sekali dimana tripod tersebut. Padahal saya sangat ingat tripod ini saya panggul di bahu kiri. Dicari di sekitar homestay pun tidak ada. Akhirnya, saya menitipkan pesan kepada pak Blasius dan teman saya (yang baru akan naik), kalau liat tripod tertinggal di jalan, saya minta tolong dibawakan sampai labuan bajo. 
Tripod ini tidak pernah ditemukan sampai hari-hari selanjutnya.

Keanehan kedua ialah ban motor saya yang kempis. Ini terjadi sama dengan ban motor tamu dari ceko pada hari sebelumnya.  Akhirnya saya harus mengendarai motor sejauh 400m dengan pelan sampai bengkel terdekat. Kejadian ini menjadi kendala bagi jadwal saya. Itinerary awal dengan tujuan desa Moni menjadi tidak tercapai. 

11.00am. Mengetahui saya telat, di bengkel motor saya berbincang dengan beberapa orang. Mereka menyarankan jalur pintas lewat kota kecil Iteng. Dibanding saya harus melalui kota Ruteng yang akan memakan waktu lebih dari 5 jam. Sedangkan jalur ini hanya memakan waktu 2jam. Tetapi, mereka juga mengatakan bahwa pada jam tertentu, ada jalan yang tidak bisa dilewati karena harus melintasi sungai. Sungai tersebut akan pasang naik karena berlokasi di muara laut.
 Never try, never know. 


Rute hari ke 3. Jalur Merah adalah jalan pintas yang benar-benar penuh tantangan.

Akhirnya saya mengambil resiko dengan melalui jalan itu. Kejadian ini akan menjadi jalur terberat selama di Flores.

Setelah memasuki kota Iteng dan mengganti ban motor yang sudah aus, saya pun memasuki desa Nangapang. Desa ini menjadi desa dengan mayoritas penduduk muslim di kabupaten Manggarai. 

Pukul 13.30, saya pun numpang solat di masjid desa tersebut. Setelahnya, perut pun merasakan Lapar..
Akhirnya saya melihat warung dengan penjual seorang bapak yang menggunakan peci putih haji. Langsung lah saya mampir dengan membeli mie rebus dan saya menanyakan kalau warung tersebut bisa memasak mie rebus buat saya.
Sebenarnya tidak bisa, tetapi karena bapak penjual (mungkin merasa) iba, akhirnya beliau meminta istrinya memasakkan mie. Dengan perbincangan singkat, si mamak malah mengajak saya makan siang bersama di ruang makan rumahnya. Wahh, alhamdulillah. Bisa ketemu nasi dan sayur.



Setelah Jamuan makan siang ini, si mamak bilang
Mamak: Nak, boleh minta nomor telepon? Semoga kamu selamat sampai kembali ke Labuan Bajo dan Jakarta.
Saya     : Boleh Mamak.
Mamak : Iya, kalau sudah sampai di Jakarta, kamu telpon mamak yah. Nanti kita bisnis.
Saya     : Bisnis apa Ma?
Mamak : Iya kita bisnis jual baju. Nanti mamak minta tolong kamu beli baju di Jakarta. Nanti kirim ke Flores. Mamak yang jual di sini. Perlu mamak kirim DP?
Saya      : Hah?

Si Bapak terus meyakinkan saya bahwa saya bisa melewati jalur sungai tersebut dengan hanya 50menit.

Kendala Jalan berbatu membuat lambat laju motor. Hampir 1jam, Saya pun menemui kendala ke dua. Sebuah jembatan yang terputus. Saya bisa melewatinya. Tetapi sebenarnya ,jalur terberat yang mereka maksud, segera menanti..
Setelahnya, ada 4-5 sungai hampir kering yang saya lewati.



Rintangan Level 1

Rintangan Level 2
Rintangan Level 3

Rintangan Level 3

Sungai dengan kedalaman 50cm-60cm dan saya pikir saya tidak bisa melewatinya sendiri.

Sangat beruntung, di seberang sungai itu ada beberapa warga lokal yang sudah menyeberangi sungai.  Berbekal info dari bapak penjual tadi, saya meminta tolong mereka membantu saya untuk menyeberangkan motor.

"Bang, bisa bantu kah?", ucap saya.

Mereka langsung mendatangi. Ketika saya membuka sepatu, mereka sudah mengangkat motor agar tidak terendam air.
OMG, alhamdulillah.
Rintangan Level 5
 Sampai.....

"Ini sungai yang pasang, Bang?", tanya saya dengan harapan sudah melalui hambatan terbesar.

"Tidak, ada satu lagi Kali Besar di depan.. Ayo ikuti saya, nanti saya bantu lagi".
Ucap abang itu dengan semangat dan ramah.

Tidak berapa lama, ada 1 sungai besar terakhir dengan arus cukup kencang, meski tidak sedalam yang tadi. Mereka pun dengan anak-anak kecil warga sekitar, langsung mendorong motor saya sampai seberang.

Rintangan Level 4



Setelahnya, jalan beraspal kasar kembali bisa dilalui motor dengan cepat. Sampailah saya di jalan transflores sebelum kota Borong pada pukul 4pm.

Setelah istirahat sebentar dan kembali memakai sepatu, motorpun saya lajukan dengan cepat. Kota Borong dan Kota Aimere saya lewati. Pukul 5.30 pun saya mulai memasuki bukit lagi.. Untungnya cerah. Saya pun bisa melihat Gunung Inerie yang memang menjadi tanda sudah dekat dengan kota Bajawa. Ada beberapa rider yang sepertinya mereka lagi konvoi dan touring menuju Bajawa. 

Jalan ini pada kondisi cerah, tetapi keesokan harinya, saya melewati jalan ini dengan penuh kabut dan gerimis hujan

Sunset at the hill


6.15 pm
Saya pikir saya tidak akan bisa mencapai Moni malam ini. Saya memutuskan untuk bermalam di Bajawa dengan mengubah jadwal dan itinerary hari-hari selanjutnya. 

Kota ini sangat dingin. Tadi Ketika di bukitpun, saya menggunakan 4 lapis baju dan 2 lapis celana. 
Memasuki kota, terlihat ada masjid di jalan utama. Saya mampir untuk solat dan menanyakan kepada bapak pengurus masjid dimana hotel murah. Sebenarnya beliau menawarkan ruang serba guna yang terletak di atas masjid sebagai tempat menginap. Tetapi karena perjalanan hari itu terasa sangat berat, saya memutuskan mencari tempat lain. Akhirnya beliau merekomendasikan hotel Nusantara 1 yang kemudian menjadi tempat saya bermalam.

Badan terasa sangat lelah. Mata pun tinggal 3 watt. Dingin... Akhirnya.. t i d u r.

For your info:
Hotel nusantara 1: IDR 80.000/malam
Sarapan: nasi goreng+ telur: IDR. 15.000

Komentar

Postingan Populer