previously on: http://insangku.blogspot.com/2015/07/to-travel-flores-island-in-7-days-day-1.html
Sehabis subuh, saya langsung mandi dan bersiap2 berangkat menuju Waerebo. Tepat ketika packingan selesai, pak diaz sudah bangun. Jadi saya bisa menitipkan sebagian perlengkapan dan isi tas saya di penginapan ini untuk saya ambil 4 hari kemudian. Segera setelah itu, saya berangkat menggunakan motor.
5.50am. Bahkan matahari pun belum terbit. Saya sudah memasuki jalan Transflores yang bagus. Sebuah momen yang selalu saya impikan ketika merasakan riding dengan jalan lurus dan ditemani matahari terbit.
|
Jalan transflores 1 |
|
Jalan Transflores 2 |
|
Jalan Transflores 3 |
Jam menunjukkan pukul 9.15am ketika saya melihat marka jalan yang menunjukkan arah ke desa Waerebo. Segera saya ikuti petunjuk tersebut. Ya memang ini jalan pintas sehingga kita tidak harus melewati kota Ruteng.
But wait, jalannya kecil dengan aspal kasar pada bagian awal. Itupun hanya bagian awal. Jangan tanya di bagian lainnya. Kadang jalanan dengan batu-batu keras. Motor yang saya pakai pun akhirnya menyerah. Ban yang sudah aus dan tipis tidak sanggup menahan beban. Akhirnya saya tau bahwa ban dalamnya sobek ketika saya mengganti ban dalam tersebut di bengkel (kecil) di daerah Bocak. Setelah sebelumnya nyetir motor dengan ban kempes sejauh 6km. "-_-
|
Marka jalan. Waerebo to the right. Because women is always right. |
|
Jalan beraspal kasar pada permulaan. Selanjutnyaaaa, batu. |
|
Jalur tepi pantai sudah dekat dengan Desa Dintor. Desa para nelayan. |
Perjalanan lanjut dengan jalur jalan yang bervariasi. Mulai di tengah hutan, melintasi kampung kecil, di di tepi sawah, bahkan di pinggir pantai dengan deburan ombak.
Pukul 12.15 akhirnya saya sampai ke tujuan transit. Perwakilan desa Waerebo di Desa Denge Yaitu rumah bapak Blasius Monta (0813 39350775-Saya dapat nomor beliau dari traveller lain). rumah ini bisa disebut basecamp ketika ada tamu yang ingin ke trekking naik ke desa Waerebo.
Saya pun mulai jalan perlahan. Saat itu memang cuaca gerimis agak lebat ;). Di jalan setapak dan kadang berbatu, saya ketemu beberapa orang. Ada 4 pengunjung dari Maumere yang berjalan turun. Banyak juga masyarakat desa yang berkegiatan. Pertanyaan tersering yang mereka ajukan: "sendirian?". Saya jawab sambil senyum: "iya" (mumpung masih terang, dalam hati saya). kadang mikir, kalo udah gelap mah tidak akan berani juga trekking sendiri di tengah hutan.
5km menjelang desa, saya bertemu dengan 3-4 orang desa yang bolak-balik memanggul semen dan pasir di jalur gunung yang naik-turun. "Buat membangun rumah sakit", kata mereka. Saya ikuti ritme mereka berjalan. Lumayan ada temen jalan cepat
.
3.30pm. Akhirnya saya sampai pintu masuk desa. Setelah mendahului rombongan keluarga dari Surabaya. 9km dalam 2.5jam dengan jalur naik. Mayan..
To be continued...
For your info:
*Biaya menginap di desa Waerebo IDR. 325.000 (termasuk 3x makan)
The cost to stay overnight in Waerebo IDR 325.000 (include 3x meals)
*Biaya guide IDR 200.000. (optional)
*Rute menuju Waerebo menggunakan motor sudah banyak dilakukan. Saat saya ke sana, ada solo-traveler wanita dari Semarang yang juga menggunakan motor. Ketika di rumah Pak Blasius pun, ada 2 orang wanita dari Ceko yang menggunakan motor berangkat dari Labuan Bajo.
|
My itinerary day 2 |
Komentar
kalau lancar pake motor, mungkin bisa sekitar 5jam sampe desa Denge. selanjutnya trekking ke Waerebo