Menjadi Donor Plasma Konvalesen

Setelah mendapatkan hasil negatif pada tes PCR, ku langsung kepikiran untuk menjadi donor plasma konvalesen. Katanya, donor plasma darah ini bisa membantu meringankan gejala bagi para pasien Covid-19 yang masih berjuang untuk sembuh. Bagi penyintas (orang yang sudah sembuh), darahnya sudah memiliki antibody yang bisa disalurkan ke pasien untuk mempercepat pembentukan antibody di dalam darah mereka.

“Kalau ada yang perlu, nih ambil aja darah plasma gw. Tapi gw males keluar rumah. Males pergi sendiri ke Faskes. Kalau memang bisa ambil darah di rumah, ya silakan aja”, pikiranku berkata demikian.

Hampir 2 minggu setelah hasil negatif tersebut, ku mendapatkan informasi tentang pendaftaran donor plasma di media social Bloof4life (Blood for Life). Ada google form yang berisi 8-10 pertanyaan tentang biodata pribadi. Blood4life juga meminta bukti hasil tes PCR negatif terakhir sebagai syarat utama pendonor.


                         

5 hari kemudian, pada sekitar pukul 7.30 pagi, Blood4life menghubungiku melalui pesan WA. Mereka mengkonfirmasi apakah ku bersedia menjadi pendonor karena ada pasien yang membutuhkan plasma darahku. Setelah ku jawab kesiapanku, mereka memberitahu bahwa pasien ada di R.S. Fatmawati dan ku bisa mendonorkan plasma darah di Unit Transfusi Darah di sana. Tidak lama, keluarga pasien tersebut juga menghubungiku untuk mengkonfirmasi ulang apakah ku bersedia mendonorkan plasma daran untuk Ibunya yang sedang dirawat serta memberikan info detail tempat dan waktu pengambilan darah. Berhubung hari itu ada waktu, ku langsung menuju ke UTD RS Fatmawati untuk mendaftar.

Sampai di tempat, ku langsung mengisi formulir dan menerima antrian pendonor. Aku dapat nomor 43 sementara sat itu, panggilan antrian ada di nomor 38. Ku habiskan waktu menunggu sambal ngobrol dengan keluarga pasien. Ternyata, calon penerima donor plasmaku seorang Ibu umur 70an tahun. Beliau sudah 3 hari berada di ruang perawatan setelah menunggu antrian kamar selama 5 hari di IGD. Mmhh, penuh memang pasien covid saat ini. Pasien juga mempunyai penyakit komorbid seperti gula, dan lainnya. Tetapi gejala covid yang dirasakan bisa dibilang gejala tidak terlalu berat.

Sekitar 20 menit kemudian, aku masuk ke ruangan tersebut dan bertemu dokternya. Beliau mewancaraiku sebentar dan menanyakan kembali bukti tes PCR negatif. Ternyata, pendonor baru bisa mendonorkan plasma darah pada hari ke-14 setelah hasil tes PCR negatif. Kemudian, petugas UTD mempersilakanku untuk berbaring dan mengambil sedikit darahku sebagai sampel. Mereka memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk memerika detail sampel dan menentukan apakah plasma darahku layak untuk diambil dan diserahkan ke pasien. Petugas menyarankan aku untuk beristirahat dan makan siang. Dia juga bilang bahwa sebaiknya ku tidak makan makanan yang bersantan.

Sejam kemudian aku kembali masuk ke ruangan transfuse dan langsung bertemu petugas. Petugas kembali memintaku mengisi formulir tentang gejala covid yang kurasakan sebelumnya. Tidak lama, mulailah proses pengambilan plasma darah. Ruangan UTD ini memiliki dua bagian. Ada bagian donor darah biasa di dekat pintu masuk dan bagian donor plasma di bagian lainnya. Bagian donor plasma ini menggunakan alat semacam alat pencuci darah. Fungsinya adalah untuk memisahkan plasma darah dengan sel darah merah. 

Petugas menyiapkan peralatan sambil bertanya kepadaku apakah mau diambil darah sebanyak 600cc. Aku langsung menjawab TIDAK. hehe. Aku beralasan bahwa setelah pengambilan darah, aku mau ke pergi ke Bandung dengan menyetir mobil. Aku khawatir terjadi badan lemas dan/atau kepala pusing dan kunang-kunang ketika terlalu banyak darah yang diambil. Aku menjawab bahwa aku bersedia diambil darah sebanyak 400cc saja.




Proses pengambilan darah dan pemisahan plasma darahnya berlangsung lama. Sekitar 45 menit. Ternyata, prosesnya memang berbeda dengan donor darah biasanya. Darah kita diambil dan dipisahkan oleh mesin seperti foto di atas. Petugas hanya mengambil plasma darah yang berwana keruh dan mengembalikan darah merah lainnya ke dalam tubuh kita. Ternyata juga, proses pengambilan plasma ini tidak membuat badan kita lemas dan kepala pening. Aku merasa kondisiku baik seperti biasanya dan tidak pusing sama sekali. 

Setelah selesai proses, petugas lain menyediakan minuman sejenis CDR. Sepertinya minuman ini untuk mengembalikan kondisi tubuhku seperti sebelum donor plasma. Petugas juga memberikan bingkisan yang isinya lumayan banyak, hihihi. Bisa dilihat di foto bawah ini. Ternyata (ke-3), bingkisan untuk pendonor plasma konvaselen lebih banyak dibanding dengan pendonor darah biasa. Alhamdulillah.



Ternyata, tidak semua penyintas Covid-19 bisa mendonorkan plasma darahnya. Selama berada di ruangan UTD, beberapa orang bermaksud untuk mendonorkan plasma darahnya tetapi tidak diperbolehkan. Mengapa begitu?

Kriteria pendonor plasma konvalesen yang aku tau dari perbincangan dokter dan petugas di dalam UTD adalah sebagai berikut:
1.    Pendonor bisa mendonorkan plasma setelah 14 hari sejak dinyatakan sembuh dengan hasil tes PCR negatif.

2.    Yang bisa mendonorkan plasma hanya penyintas Covid yang memiliki gejala seperti demam, batuk ringan, sakit kepala, sesak nafas, dan sejenisnya). Penyintas Covid yang OTG (Orang Tanpa Gejala), tidak bisa mendonorkan plasma darah. Tetapi mereka bisa mendonorkan darahnya seperti donor darah biasa. 

3.    Setelah membaca beberapa informasi di internet dan di banner, pendonor bisa mendonorkan kembali plasma konvalesen setelah 14 hari kemudian. Sepertinya, proses donor plasma ini bisa berlansung selama 3-6 bulan sesuai kondisi darah kita. Jangan khawatir, setiap mau mendonor, unit UTD pasti mengambil sampel dan mengecek kondisi darah kita apakah bisa didonorkan ataupun tidak. 

Selesai proses, aku keluar ruangan dan bertemu dengan keluarga pasien tersebut. Sepertinya, donor plasma konvalesen ini belum banyak dan banyak pasien covid yang mengharapkannya. Aku meminta keluarga pasien tersebut untuk memastikan kembali kepada petugas UTD agar memang mendapatkan plasma darahku tersebut bisa untuk pasien yang dimaksud sesuai perjanjian awal dan tidak dipakai oleh pasien lainnya. Keluarga pasien juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya karena aku bersedia mendonorkan plasmaku untuk Sang Ibu. 
Semoga usaha dan proses ini menjadi sedekah dan catatan amal baik buatku nanti di kehidupan yang lain. Aamiin. 

kalau di masa depan ada keluarga pemirsa ataupun kalian sendiri yang membutuhkan, silakan kontak aku ya. Golongan darahku B+. Aku siap mendonorkan plasma darahku selama kondisinya masih bagus dan berlaku baik. Karena proses donor plasma ini sepertinya tidak bisa di rumah, aku bersedia datang ke UTD RS Fatmawati. Kalau ada pasien di tempat lain yang jauh, ku gak janji bisa datang ya. Hee. Karena kalau di tempat lain, sepertinya UTD harus mengambil kembali sampel darahku. Ya jadinya, pasti seorang pendonor akan ditusuk minimal 2x dalam proses ini. 

Sampai jumpa di lain waktu. Terima kasih sudah membaca. 










 

Komentar

Postingan Populer