Study From Home, My Version
Pandemik Covid-19 (mungkin) mengubah seluruh tatanan kehidupan.
Wabah ini mengubah cara kita berinteraksi sosial, mengubah cara kita bekerja,
dan mengubah cara anak-anak sekolah belajar. Kita disarankan untuk melakukan physical
distancing dan menghindari kerumunan orang demi mengurangi dan mencegah
penyebaran penyakit ini. Postingan berikut akan bercerita bagaimana Covid-19
mengubah dunia pendidikan secara umum dan cara belajar anak sekolah tingkat SD
secara khusus.
Covid-19 menyerang system pernafasan dengan penularan melalui
droplet. Kita ketahui bahwa sekolah merupakan tempat kumpulnya anak-anak usia
6-12 tahun dengan tingkat intensitas interaksi yang tinggi. Mungkin seluruh
negara di dunia meliburkan sekolah dengan alasan untuk mengurangi dan mencegah
penyebaran penyakit ini.
Bagaimana agar kegiatan belajar-mengajar terus berlangsung? Pemerintah
dan sekolah segera mengubah kegiatan belajar-mengajar menjadi belajar dari
rumah/ Study From Home/ Pembelajaran
Jarak jauh (PJJ). Nah, belajar dari rumah ini menggunakan komunikasi internet
ataupun komunikasi lewat telpon yang biasa disebut Belajar Daring (on-line). Hal ini merupakan hal baru baik
untuk pihak sekolah, pengajar, maupun pelajar.
Ternyata pembelajaran daring itu gak mudah loh. Tetapi karena
kejadian wabah ini pun tidak terduga, maka semua pihak harus cepat beradaptasi
dan terus menjalani cara baru. Para guru dan sekolah langsung menyiapkan
langkah-langkah mengajar secara online. Semua pihak beradaptasi dengan cepat.
Tentunya banyak kesalahan yang terjadi karena semua dilakukan secara
tergesa-gesa. Tetapi hal tersebut tidak masalah, semua pihak berusaha
menyempurnakan kegiatan belajar-mengajar (KBM) dan materi pelajaran setiap minggunya.
Bahkan ada sekolah dan para guru mereka menyempurnakan metode pengajarannya
setiap hari bagitupun dengan materi yang diajarkan.
Pada awal masa SFH/BDR/PJJ, para guru memberikan banyak tugas
yang harus diselesaikan dalam satu hari. Para murid dan orang tua pun
kewalahan. Akhirnya sekolah pun meninjau kembali kebijakan tersebut. Pada awal
masa karantina, pemerintah menyarankan sekolah untuk mengajarkan apakah
Covid-19 itu dan berbagai cara penanganannya. Setiap anak SD diarahkan untuk
memahami penyakit dan masa wabah penyakit dan pandemic ini. Sekolah dan
pemerintah menjelaskan secara detail apa saja kegiatan yang dilakukan
selanjutnya.
PJJ ini sangat mengandalkan orang tua/care giver (orang dewasa yang bisa mengasuh dan menemani anak
seperti: kakek-nenek, kakak, keluarga dekat, ataupun asisten rumah tangga) yang berada di rumah. Bagi orang tua
yang mengalami WFH mungkin akan bisa menemani anak-anaknya Belajar dari Rumah.
Tetapi bagi ada orang tua yang masih tetap harus bekerja, atau orang tua yang
tidak punya care giver, atau orang
tua lain yang tidak bisa menemani anaknya SFH, hal ini menjadi tantangan besar.
Waktu menemani anak belajar tidak sesuai dengan waktu bekerja orang tua. Ya
paling tidak, orang tua baru bisa menemani anaknya belajar dan mengerjakan
tugas sekolah ketika sore setelah mereka pulang kerja.
Kalaupun orang tua yang punya care giver, Pembelajaran Jarak Jauh tidak semudah yang dibayangkan.
Kakek/Nenek, pengasuh anak, asisten rumah tangga, tidak serta merta focus ke
menemani anak belajar. Mereka punya tugas dan kegiatan masing-masing. Atau
misalnya ketika di rumah hanya ada asisten rumah tangga, mereka hanya bisa
mengawasi dan menemani anak-anak belajar sebisanya. Bahkan orang tuapun punya
kapasitas dan kuantitas berbeda-beda. Ada orang tua yang senang bisa menemani
anaknya belajar, tapi di sisi lain banyak orang tua yang pengetahuan akademisnya
terbatas. Sehingga menemani anak mengerjakan tugas sangat membebani pikiran
mereka.
Bagiku, menemani anak belajar dan mengerjakan tugas sangat
menyenangkan. Dan juga, kita bisa mencontohkan hal-hal baik ketika kita di
rumah. Hal-hal baik tersebut tidak bisa kita contohkan ketika orang tua bekerja
di kantor dan anak belajar di sekolah. Ada missing
link ketika masa normal. Itu adalah hal positif bisa kita dapatkan ketika
masa pandemic ini.
Aku punya prinsip bahwa seorang bapak harus ngedampingin anaknya
belajar. Ketika Pembelajaran Jarak Jauh, orang tua bisa menemani dan
mendampingi anak belajar matematika, mata pelajaran tematik, pelajaran agama,
pelajaran olahraga, dan ekstrakurikuler lainnya. Yang pasti, aku ngerasa sedih
karena kehilangan momen untuk nemenin Anak usia SD saat masa belajar dari rumah
ini. Karena satu dan lain hal, ku hanya bisa menemani anak SD-ku SFH/BDR dari
jauh. Tetapi kupastikan untuk melihat dan mempelajari tugas anak yang diberikan
sekolahnya setiap hari secara detail. Apa saja mata pelajarannya, apa saja
materi, apa saja hal pendukung yang dibutuhkan anak untuk menyelesaikan tugas
tersebut.
Pernah satu waktu, aku sampe bela-belain pergi nyetir
Bandung-Yogya-Bandung demi mendapatkan momen dan waktu nemenin & ngerasain masa
Belajar Dari Rumah. Iya, akhir April kemarin kulakukan hal tersebut. Nemenin
anak pertamaku belajar & nyiapin tugas dari sekolah & guru-gurunya.
Tetapi aku hanya sempat menemani anakku selama 3 hari 2 malam. Dalam Sehari, biasanya dia mendapatkan tugas
dari dua guru, walikelas yang memberikan tugas belajar tematik & guru
mengaji yang memberikan tugas baca buku Ummi & hafalan Surat Al-Mulk. Guru
tersebut sering mengadakan pembelajaran daring (on-line). It is a good thing
ketika anak-anak SD sekarang lebih mengenal teknologi video call & conference.
Berikut video kegiatan
sehari-hari ketika ku berada di Jogja selama 3 hari 2 malam, menemani anakku
belajar daring:
Tetapi yang kusadari, video
call berbarengan dengan 4-5 murid juga sangat sulit loh. Terakhir ku lihat
ketika guru mengaji mencoba mengajarkan Buku Ummi. Ada dua anak yang tidak
focus dengan gurunya. Mereka teralihkan dengan suasana di rumahnya
masing-masing. Ataupun misal ada anak yang suka mendahului perintah gurunya.
Sang Guru harus lebih bersabar, menunggu, dan mengarahkan anak-anaknya untuk
kembali focus ke pelajaran. Pada akhirnya, masa belajar tersebut terganggu dan
menjadi lebih lama. Duh, pokoknya PJJ
gak selalu lancar jaya.
Banyak tugas dan kegiatan lain yang dilakukan, misalnya belajar
menyiapkan makanan, menyiapkan tugas tematik, (misalnya anakku diminta membuat
Prakarya Gunung Berapi yang Meletus), beribadah dari rumah (Salat Wajib, Saat
Sunnah Dhuha, Murojaah dan membaca Al’Matsurat setelah Dhuha), dan melakukan
kegiatan olahraga dengan arahan dari sekolah.
Berikut beberapa videonya:
Di sisi lain, ku sangat merasa kesel dan gemas kalau lihat ada
bapak (orang tua) seumuranku yang gak pernah nemenin anak-anaknya belajar &
bantu nyiapin tugas anak, padahal mereka ada di rumah atau sedang Work From Home. They missed a momentum to accompany their kids during this pandemic.
Mereka juga kehilangan momentum untuk mengajarkan pelajaran akademik dan
mencontohkan kebiasaan dan sikap baik yang biasanya tidak pernah ditunjukkan
ketika orang tua bekerja di kantor/luar rumah.
Hey, lo tau gak, lo
tuh beruntung banget bisa dekat dengan anak. Gak semua orang bisa dapat
kesempatan yang sama seperti ini.
Cerita ini tidak bermaksud untuk menganggapku sebagai bapak yang
sok ideal dan sempurna. Cerita ini hanya curahan hati dan pikiran yang
kutuangkan dalam tulisan. Cerita ini juga akan menjadi pengingatku di masa
depan dan mungkin nanti bisa kubagi dengan anak-anakku tentang masa pandemic
Covid-19 ini. Mungkin (& semoga) masa pandemi ini kita rasakan sekali
seumur hidup. Sebaiknya kita bisa mengingat dan mengabadikannya dengan tulisan.
Bukan begitu?
Semoga bermanfaat dan
menjadi pengingat untuk saya pribadi.
Komentar