Mengapa saya sangat suka film Interstellar?
foto di cinema |
Saya suka ke planetarium dari kecil. Mungkin ketika smp ada perkenalan tentang Ilmu Pengetahuan Alam. Saat itu saya hafal seluruh nama planet serta suka sekali dengan grafisnya. Berapa jarak Bumi dan Matahari, bagaimana Bumi merotasi Matahari dan bagaimana jarak kita dengan Bulan. Satu hal lagi, saya sangat suka mempelajari rasi bintang. Di Planetarium lah saya mendapatkan hal tersebut. Ingat bagaimana ketika SD/SMP ada kunjungan wisata ke sana. Saya gak mau pulannggg. gak bisa move on saking senengnya.
Dulu juga ketika kecil, saya sering tiduran malam hari di lapangan golf fatmawati (karena itu tempat main saya ketika kecil), untuk melihat bintang dan membayangkan garis-garis imaginer untuk membentuk rasi bintang. Yang paling mudah adalah rasi layang-layang. Seingat saya, rasi tersebut menunjukkan bumi bagian selatan karena letaknya di sana. Ada juga pancaran kilat langit. Saya sering bertanya ke ibu, itu namanya apa? dan ibu menjawab: namanya lumba-lumba yang lagi bermain di ujung selatan sana.
Saya suka konsep tentang menjelajahi waktu (5D - lima dimensi). Sejak film Christopher Nolan Inception, saya suka memahami bagaimana kita berada di labirin waktu. Mimpi dalam mimpi sehingga bisa mengubah masa dan kejadian saat ini. Dalam interstellar, saya memahami bagaimana film tersebut dapat mengubah waktu yang ada saat ini. Konsep 5 Dimensi benar-benar diluar pemahaman saya. Saya suka arstitektur di dalamnya. bagaimana bangunan mmbentuk sebuah kubus yang berada 360 derajat di atas kita.
Menjelajahi waktu juga menunjukkan bahwa masih ada kesempatan memperbaiki diri dan kesalahan kita. Bagaimana ketika kita di masa depan ataupun ketika berada di alam semesta lain, dapat memberi informasi kepada kita di bumi saat ini. mengenai bagaimana masa depan. Tetapipun, saat ini masih bingung menghubungkannya dengan Qodha atau takdir Tuhan. Itu menariknya :D.
Terakhir, saya suka pas scene akhir ketika menemukan planet Edmund sebagai tempat baru untuk memulai kehidupan. begitu tenang (tranquil). Scene terakhir tersebut menunjukkan suasana sore hari ketika lampu-lampu stasiun ruang angkasa sudah menyala. Kira-kira gambarannya seperti truk trailer traveler yang ada di alam terbuka. Ada tenda di teras truk tersebut dengan hembusan semilir angin. Memang saat itu si astronot penemunya sudah meninggal. Tetapi dia tetap mengirimkan sinyal kepada rekan di bumi bahwa planet tersebut dapat ditinggali. Walaupun sinyalnya sangat kecil dan meragukan. Tetapi alur cerita dalam film yang menunjukkan bagaimana kuatnya perasaan rekan setim-nya untuk mengunjungi planet tersebut. Beda tipis antara science dan cinta. ejiee.
Scene akhir di film interstellar yang menunjukkan bahwa sang astronot sudah menyiapkan rumah untuk kekasihnya. Love it. |
Komentar