Perjalanan Mobil Bandung-Ciamis-Yogyakarta-Jakarta Selama Masa Pandemi Covid-19
Seminggu ini ngerasa produktif
banget soal traveling. Padahal di masa wabah covid-19 dan banyak pembatasan
social dari pemerintah. Emang gimana?
Jadi ceritanya begini. Tanggal
19/03 kemarin nganter mamah pulang kampung ke Ciamis. Bosen kali ya setelah sebulan
di rumah Teteh. Aku ketemu mamah di Bandung setelah dianter keluarga. Setelah
memindahkan barang bawaan untuk masuk ke mobilku, ku langsung berangkat menuju
Ciamis. Waktu hari itu sudah menunjukkan pukul 18.30 WIB. Perjalanan selanjutnya lancar dan
tidak ada kemacetan. Aku lewat jalur dalam kota dari Cicaheum, Ujung Berung,
Cileunyi, dan selanjutnya Cicalengka-Rancaekek. Nagrek dilewati dengan lancar.
Hujan turun dengan deras sesampainya Malangbong.
Lalu ketika mau masuk Rajapolah,
ternyata ada check point untuk mengantisipasi wabah covid ini. Beberapa petugas
menyuruh mobilku berhenti untuk masuk ke lapangan luas. Mereka menanyakan
tujuan dan memeriksa isi penumpang mobil. Kalau tujuannya ke daerah
Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, dan sekitarnya, petugas akan menyemprotkan disinfektan
ke seluruh badan mobil, seluruh penumpang diminta menggunakan masker, dan
meminta tambahan jarak antarpenumpang. Misalnya penumpang yang duduk di depan
sebelah supir diminta pindah ke bangku belakang. Tetapi malam itu, aku mengaku
menuju Yogyakarta sehingga para petugas tidak menyemprotkan disinfektan ke seluruh
mobil dan petugas membolehkan kami melanjutkan perjalanan. Posisi mamahpun
sudah duduk di bangku tengah sehingga memang sudah ada jarak cukup
antarpenumpang.
Sesampainya di Ciamis pada pukul
21.30, keluarga Bibi dan beberapa tetangga sudah bersiap menyemprotkan
disinfektan ke mobil kami. Mereka menyemprotkan cairan yang mereka sebut
disinfektan ke seluruh mobil. Aku meminta mereka juga menyemprotkan disinfektan
ke barang bawaan mamah dan ke bagian bagasi belakang mobil. Ternyata ya, cairan
itu campuran Dettol, wipol, dan beberapa cairan pembersih lain. Tanpa alcohol.
Hehehe. Ya gak apa-apa karena keterbatasan yang ada. Keluarga di daerah sudah
mencoba mengantisipasi penularan virus ini melalui pendatang dari Jabodetabek
dan daerah lain.
Mamah sudah mengantisipasi penularan virus melalui barang bawaan dengan
membungkus barang bawaan dengan lapisan plastic besar. Barang bawaan tersebut
diturunkan dari mobil, kemudian disemprot disinfektan, dan kemudian plastiknya
dibakar di halaman rumah. Mereka sempat menyemprot pakaian kami dengan
disinfektan tersebut. Yasudah lah tidak masalah demi kebaikan dan kenyamanan
bersama. Selanjutnya pakaian tersebut dicuci dan saya mandi lagi.
Keesokan pagi, saya mulai
perjalanan tepat pukul 6.45, setelah ku melahap sarapan nasi goreng yang
disediakan bibi. Ku melewati Banjar, Perbatasan Jabar-Jateng, Ajibarang,
Selatannya Purwokerto, Kebumen, Purworejo, Wates, dan masuk Kota Yogya dari Bantul.
Ku menyempatkan diri melewati Jalan Dandles di Kebumen bagian Selatan, mencoba
jalan baru yang bagus, melihat Pantai Jetis, dan menikmati Pantai Glagah yang
terdapat banyak pemecah ombak instagramable.
Kondisi jalan Jalur Selatan Ciamis-Yogyakarta |
Check Point Pemda Kebumen dalam antisipasi Covid-19 |
Petugas dengan APD memeriksa setiap mobil dan penumpangnya yang melewati jalan ini. |
Jalur Selatan Kebumen dengan kondisi jalan yang sangat mulus. |
Harusnya bisa sampai lokasi
tujuan pada pukul 13.00 WIB. Tetapi karena ada beberapa kendala, ak baru sampai
tempat tujuan pukul 14.30 WIB. Berikut video perjalananku:
Aku stay di Yogya 2 malam, kira2
sekitar 46 jam, lah, ya. Gak full 48 jam. Selama di Yogya, ku dan Kynan stay di
hotel aja. Kasian ya dunia travel & pariwisata. Pada nge-drop semua. Aku
menginap di Asana. Mereka menawarkan promo kamar standar (18 m2) seharga 250rb
termasuk sarapan. Untuk makan siang & makan malam, ku mengandalkan promo
Grabfood. Hehe. Lumayan, yoshinoya, richeese, dan hokben menawarkan promo
sekitar 40%. Lagian memang gak niat cari makan di luar. Yak arena ada
pembatasan social dan sedang wabah virus.
Eh, tapi sempat menuju ke Warung
Sate Ratu pada Selasa Sore. Ternyata warungnya tutup sudah sekitar 3 minggu.
Sepertinya sejak maraknya wabah Covid ini. Yaudah kami pulang kembali menuju
hotel. Kasian ya, hampir seluruh industry terkena dampak.
Rabu, 22/04 tepat pukul 13.40, ku
berangkat ke Jakarta. Perjalanan kali ini lewat tol TransJawa agar lebih cepat.
Dari arah Jalan Lingkar Luar Jogja, ku mengarah ke jalan utama Yogya-Solo. Di
pertengahan jalan ku belok kea rah Boyolali dengan harapan agar jarak tempuh
yang lebih singkat. Tetapi jalan-jalan
kecil di jalur ini menyebabkan perjalanan malah terhambat, karena siang itu
banyak truk material baru & pasir yang beriringan.
Ku tiba di pintu tol Boyolali
sekitar pukul 15.00. Yaudah akhirnya mulai deh ngebut di jalan tol. Tapi
maksimal 110 km/jam kok. Mana enak ngebut pake avanza :p. Ku sempat beristirahat, solat
magrib, dan makan malam di rest area 229 sebelum masuk daerah Cirebon. Sempat
solat di masjidnya dengan jaga jarak. Pada shafnya, setiap ma’mun diberikan
jarak minimal 80cm dengan ma’mum lain. Aman pokoknya. Ku tiba di daerah Cinere
sekitar pukul 21.30 malam.
Perjalanan pulang ini menempuh
sekitar 580 km. Biaya tol dari Boyolali – Pintu tol Pondok Labu Jakarta sekitar
412.000. Bensin perlu sekitar 275.000. Alhamdulillah lancar. Berikut video perjalanan pulangnya.
Alhamdulillah di masa pandemic dan
di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ini ku berhasil melakukan
perjalanan antarkota-antarpropinsi sejauh sekitar 1.200 km. Ku menempuh
perjalanan dari Bandung-Ciamis-Yogyakarta-Jakarta dalam 4 hari. Recharged!
Komentar