Trip to Sumba Island - Day 3


Hari itu saya berangkat pukul 5am setelah solat Subuh. Saya mengejar waktu untuk dapat melihat matahari terbit di Bukit Wairinding. Jalanan sudah mulai ramai di Kota Waingapu. Tetapi saya mengarah keluar kota ke arah Barat. Perlahan jalanan mulai menanjak dan mulai sepi. Sampai pada titik yang tinggi, ternyata saya sendirian. Langit mulai berubah warna menjadi kemerahan. Tetapi memang hari itu matahari agak tertutup awan. Landscape Pulau Sumba yang berbukit mulai jelas terlihat. Indah.

Sekitar pukul 6am, saya tiba di rumah berwarna biru. Rumah ini menjadi penanda Bukit Wairinding. Letaknya memang di tepi jalan. Dan menjadi satu rumah yang jelas terlihat. Dua anak perempuan menyambut kedatangan saya. Sepertinya benar menurut cerita orang-orang, mereka cukup terbiasa melihat pejalan seperti saya datang dan mencari lokasi Bukit ini. Ramah.

5.40 am
Bukit Wairinding
Dua anak tersebut mengantar saya menuju bukit. But wait, gerimis mulai turun karena ada sebongkah awan tebal yang ingin lewat. Tetapi kejadian itu membawa suasana sangat baik. Tiba-tiba timbul pelangi yang hampir berbentuk lingkaran sempurna. Segera saya jadikan anak perempuan tadi sebagai foreground pada foto. Beginilah suasana pagi itu.
Pelangi pagi hari

Blue sky and Savana
Caption on my Instagram : @gillnegara
Jalan raya utama Waikabubak - Waingapu dari Bukit Wairinding.
'Halo" from Bukit Wairinding
Puas mengambil gambar dan video Bukit yang terkenal ini, saya berkemas. Rencananya saya ingin ke salah satu Air Terjun di Sumba Tengah. Tapi bertanya dan mendapatkan informasi, perlu waktu cukup lama ke air terjun tersebut dengan kondisi jalan yang kurang baik. Akhirnya saya melewatkan kesempatan itu dan saya menuju ke Pantai Puru Kambera. 

Ternyata, Puru Kambera cukup jauh. Lebih dari 30km dari Kota Waingapu ke arah Barat Laut. Jalannya cukup bagus. Beberapa bagian merupakan aspal kasar. Bertanya-tanya ke ibu yang di Bukit Wairinding tadi, katanya ada lokasi yang menjadi setting film Pendekar Tongkat Emas. Lupa nama desanya. Tetapi setelah bertanya-tanya kepada orang lain di jalan, sepertinya desa itu lebih jauh dari Pantai Puru kambera. Kita dapat melihat landscape Sumba di pesisir pantai. Laut biru, savanna yang mulai menghijau karena memasuki musim hujan, kuda, sapi, kerbau yang bekeliaran bebas mencari makan, bukit di sisi lainnya, membentang sepanjang pandangan.

#Humbaailulu
Landscape Sumba menuju Pantai Puru Kambera
Pantai Puru Kambera
Akhirnya saya memutuskan berhenti di Pantai ini saja. Pantai Cemara.
Ternyata ada sebuah Pondok Wisata yang berisi beberapa kamar untuk menginap. Setelah mencoba masuk, tamu yang menginap malam tadi cukup banyak. Pantainya bagus, pasirnya lembut, suasanyanya seperti pantai-pantai di Sanur Bali. Ada tempat dinner yang berupa panggung menjorok ke laut. Harga makanan dan minumannya juga terjangkau. Jus buah asli seharga Rp.15.000.
Seperti inilah suasanya pantai dan Pondok Cemara.
Pasir pantai yang lembut dan berwarna putih.
Having Brunch 
Restauran Pondok Cemara @ Pantai Puru kambera

Pantai Pondok Cemara di area Pantai Puru Kambera

Selesai numpang sarapan nasi bungkus di sana, saya berkemas. Kemudian saya mampir di pantai sebelah Pondok Cemara yang merupakan Pantai umum. Ternyata banyak masyarakat yang menikmati Pantai Puru Kambera ini.
Pantai Puru Kambera
Having fun at the beach
Landscape di pesisir Pantai
Bukit Persaudaraan / Bukit Mauhau
Setelah beristirahat sebentar di penginapan, pukul 2pm saya melanjutkan perjalanan ke Bukit Persaudaraan sesuai rekomendasi bang Mujis (IG: @mujisrv). Luar biasa. Bukit yang terletak tidak jauh dari bandara Waingapu ini sangat cantik. Kita dapat melihat Kota Waingapu dan 360derajat pemandangan di sekitarnya dengan jelas. Bukit ini cukup tinggi dan berupa savanna luas. Beberapa kuda juga sedang menikmati makan siangnya. Siang itu hanya ada sekitar 4 pengunjung yang datang. Saya, dan 3 orang lainnya. Kita dapat melihat perbukitan Sumba di daerah Selatan kota Waingapu. Ternyata ada juga sawah yang subur di dekat pusat kota. Pemandangan lautan biru di sebelah Timur Laut. Pemandangan landasan pesawat terbang di Utara. 360derajat.

Bukit ini terletak tidak jauh dari bandara kota #Waingapu. Sebuah bukit karang dan kapur luas sehingga membentuk savana. Dari bukit ini, kita bisa melihat kota waingapu 360 derajat. Pantai di sisi Timur laut, perbukitan di sisi Tenggara, sawah di sisi Selatan, dan kota Wainapu di Barat. Iya, sawah, kita bisa melihat persawahan subur karena tepat dibalik bukit ini, adalah lembah subur. Kumpulan kuda dan kambing menjadi penghuni tetap area ini dan mereka sangat menikmati rerumputan yang ada. Bayangin deh, foto ini sebenarnya bisa lebih dramatis kalau mataharinya sudah agak turun menjelang sore. Dan menggunakan filter orange. Semacam film-film tentang #sumba lainnya gitu deh


Di atas bukit ini ada 4-5 unit kuburan yang diberikan atap. Tidak tau kuburan siapa. Tempat berteduh lainnya hanya di bawah pepohonan. Di beberapa bagian, ada cekungan kecil di tanah yang membentuk goa. Sebagian goa berukuran besar dan cukup untuk menampung 4-5 ekor kambing ketika berteduh. Mungkin ada fungsi lainnya. Kalau di kota-kota besar, sepertinya bukit ini akan ramai. Karena sangat cocok untuk hunting #sunrise dan #sunset. 





Menjelang sore, segera menuju ke Pantai Walakiri. Salah satu pantai yang menjadi ikon Pulau Sumba. Pantai ini berjarak sekitar 25km dari pusat Kota Waingapu kea rah Timur. Jalannya cukup bagus. Aspal hotmix dengan pemandangan perbukitan.

Pantai Walakiri
Pengunjung sudah ramai bercengkarama di Pantai ini. Menunggu sunset, saya pun membaringkan badan sejenak. Bersantai di tepi pantai. Pantai ini memiliki pasir halus dan garis landai yang cukup jauh. Sekitar 500m. Pengunjung melakukan berbagai aktifitas seperti bermain bola dan bermain pasir. Beberapa penduduk mencari kepiting dan hewan laut lain sebagai bahan makanan.


Landscape Pantai yang berpasir putih.

Kegiatan penduduk lokal dan pengunjung.

 The Dancing Trees
Sumba at best could be reached during summer time (Juli-September). It is according to me. Why? Because there are so many places will be suitable with the sun's position at northern hemisphere. Such this place, #walakiri #beach, during summer time, you may see the sun rises and sets in-line with the icon of this beach 'The dancing trees' (mangrove). Many picts show the awesomeness of sunset as its background.
And these dancing trees are become the artwork.
 
Daaann, begini suasana sunset hari itu dan hal inilah yang dicari. Adalah ‘the dancing trees’ yang menjadi ikon pantai Walakiri. Adalah sekumpulan pohon bakau/mangrove yang mempunyai bentuk unik. Batang dan cabang pohon ini seakan membentuk pohon dengan sebuah tarian. Nature wise

Sunset Savana di Selepas Pantai Walakiri
Saya berkemas meninggalkan pantai ini. Daannn, saya kembali ke Bukit Persaudaraan untuk hunting milky way. Unfortunately, Milkyway tidak terlihat. Karena suatu teori yang saya buat. Lagipun, malam itu adalah bulan purnama. Akhirnya, malam itu saya memfoto Bulan terbit. Moon rise. 
Senja datang, sambut sang Bulan… (voodoo, 1997).
Bulan Terbit di Langit Sumba.
#moon #rise at #sumbaisland #sky.

As mentioned on previous pict, we can see 360degree from this hill. After sunset, i went to this hill. I was hoping to find another visitor because i thought that it was a good place to hang out. But no one there. Only me and the wind. I prepared my camera and tripod. Actually, i was intended to hunt #milkyway. Unfortunately, although i was using software #skyguide to determine the location, i could not find it. And then i realized, because it was the day after full moon. So, the moon shine brightly. Then i changed my camera position to capture moon rise. And i got this pict. #nightphotography

The end of day three….

Waingapu - Bukit Walakiri

Waingapu - Pantai Puru Kambero

Waingapu - Pantai Walakiri


Komentar

Wibowo Wibisono mengatakan…
Gue suka foto yang kuda lagi merumput ....
gillnegara mengatakan…
sama. tapi sayangnya kurang sore.

Postingan Populer