Trip to Kota Kinabalu, Brunei Darussalam, and Kuala Lumpur - Day 3
Previously on: trip to KK, Brunei, KL - Day 2
*Naik bus dan duduk di tengah.
Setelahnya, kami pun berpisah. Mas Jun kembali pulang ke daerah Muara. Mbak Sri harus masuk kerja sampai jam 9. Dan saya langsung menuju salah satu tempat yang memang sudah saya incar.
Ya, Masjid Sultan Oman Ali Syaifuddin. Salah satu masjid terindah di Asia. Awalnya saya berharap bisa hunting sunset di tempat ini. Tapi sekali lagi, sore itu mendung.
"Di Brunei, pemerintahnya membiayai kebutuhan penduduknya karena mereka kaya minyak", begitu kabar yang selalu saya dengar dari orang-orang tua dahulu. Sampai ketika lulus kuliahpun, Saya ingin sekali kerja di Brunei dengan harapan cepet kaya ^_^.
Begitulah, sampai saatnya ketika punya mimpi mendaki gunung Kinabalu. Karena lokasinya dekat dengan kota tersebut, maka sejak setahun lalu pula saya sudah menyusun rencana mampir ke Negara/kota ini. Membaca beberapa blog lain, saya coba menuju Brunei dengan transportasi kapal cepat dari kota kinabalu.
Sekitar pukul 5.50 waktu KK, saya dan mbak Imar sudah keluar rumah. Kami menuju restoran McD yang buka 24 jam. Memang kami merencanakan untuk sarapan di tempat tersebut. Kota Kinabalu juga sudah memulai aktifitasnya pagi itu. Kami menaiki Transportasi umum sejenis mobil elf isi 9-11 orang untuk menuju pusat kota. Gerimis..
Setelah sarapan, saya berpamitan dengan mbak Imar dan bersiap melanjutkan oerjalanan menuju Jesselton Point port. Betul memang, kapal sudah bersiap di pelabuhan pukul 7.30. Kami dipersilakan boarding. Tepat pukul 8, kapal meninggalkan lokasi untuk menuju ke pulau Labuan. Sebuah pulau di perbatasan Malaysia-Brunei.
Ongkos menyeberang ke brunei adalah 60RM. Ditambah pajak 3 rm dan pajak lagi 5RM nanti di Labuan.
Menaiki kapal cepat ini mengingatkanku ketika naik kapal cepat dari Pulau Belitung menuju Pulau Bangka. A/C nya cukup dingin. Lumayan bagi yang pelor alias nempel langsung molor.Interiornya saya kasih nilai 65 lah. Tidak terlalu bersih dan biasa. Oenumoangnya banyak Malaysian yang memang ingin menyeberang ke pulau Labuan. Pulau ini menjadi perbatasan Malaysia & Brunei di laut.
Kapal Cepat Kota Kinabalu - Labuan |
Suasana dermaga pagi itu. |
Interior kapal cepat |
Dermana Labuan |
KK-labuan ditempuh selama 3 jam 30 menit. Cukup lama memang. Setibanya di Labuan, saya tidak mempunyai tujuan khusus. Bahkan makan siang pun tadi sudah saya lakukan di kapal. Saya anggap jadwal kapal ke brunei memang nanggung. Kapal berangkat pukul 1.30. Bahkan jalan-jalan di pulau labuan pun tidak sempat. Akhirnya saya hanya mampir ke masjid terdekat dari pelabuhan.
Setelah membayar pajak tambahan dan cek imigrasi, Tepat pukul 1.30, kapal pun berangkat. Kapalnya berbeda dengan kapal tadi yang saya gunakan. Kapal ke Brunei lebih kecil. A/C nya pun tidak dingin. Labuan-Brunei ditempuh selama 1jam 30 menit. Lama. Padahal seharusnya hanya 1 jam.
Kota Kinabalu - Labuan - Brunei Darussalam. 68 Ringgit Malaysia |
Kapal cepat Labuan - Brunei Darussalam |
Interior kapal cepat 2 |
Suasana sekitar Pelabuhan Muara, Brunei Darussalam |
Akhirnya saya tiba dan menginjakkan kaki di Brunei. Di pelabuhan Muara.
Melewati imigrasi, saya pun langsung menuju keluar gedung. Aneh, bus ungu yang menuju kota Bandar Sri Begawan tidak ada. Tanya tarif taxi pun samgat mahal. Mereka menawari harga 40 ringgit Brunei sekitar 400ribu. OMG.
Saya akhirnya berjalan menuju wilayah Muara.yang katanya kebih banyak bus menuju kota. Negara ini sangat panas. Iyalah karena lebih dekat dengan garis katulistiwa. Berjalan beberapa menit, saya celingak-celinguk mencari tumpangan. Jauh dan jarang mobil. Beruntung, saya melihat sebuah truk semen. Dari kejauhan, Supirnya pun melambaikan tangan yang saya tau bahwa dia mempersilakan saya menumpang.
Wah, alhamdulillah.
Setelah duduk di samping pak supir yang sesang bekerja,
Supir: "ya kamu tengok-tengok ke belakang, saya tau pasti mau numpang..haha."
"Iya pak, saya nunggu bus ungu. Tapi tidak ada. Makanya saya jalan. Ternyata daerah Muara jauh yah pak."
"Iya sekitar 2km. Kamu dari mana?"
"Indonesia pak. Bapak?"
"Saya dari Jawa Timur."
"Wah, bapak sudah lama bekerja di sini?"
"Lumayan. Udah 2 proyek"
Kami pun bercerita sekitar 5-10menit. Memang tidak lama. Bapak (yang saya lupa namanya), menurunkan saya di sebuah halte bis. Menurut beliau, bus yang saya cari melewati jalan ini. Ternyata memang bus itu jarang masuk ke pelabuhan. Terima kasih buat tumpangannya pak. Saya titip kartu nama. Kalau bapak ke Jakarta, bisa
Menghubungi saya. Sampai Jumpa.
Menunggu 10 menit. Akhirnya ada bus yang lewat. Saya langsung naik tanpa tau kemana tujuan :D.
Bapak supir truk Semen (yang saya lupa namanya). Beliau berasal dari Jawa Timur. |
Pelabuhan Muara menuju tempat nunggu bus. |
Suasana perjalanan dari Muara - Kota Bandar Seri Begawan |
Pelabuhan Muara - Kota Bandar Seri Begawan |
Interior Bus Kota di Brunei. |
Ini kenapa orang-orang memandangi saya?, tanyaku dalam hati.
"bang, bus ini ke bandar?"
Abang: "Iya, lewat nanti."
*duduk lagi.
Tiba-tiba penumpang lain memberikan saya struk kertas kecil yang saya tau itu ongkos naik bis. 1 Ringgit Brunei.
Saya keluarkan uang 100ringgit Brunei (sekitar 1 juta IDR dalam 1 lembar). Supir dan penumoang lain pun tersenyum. Pastilah tidak ada uang kembalian dalam pecahan kecil. Karena bis itu pakai loket tiket tertutup.
Akhirnya abang yang saya tanya tadi memberikan saya uang 1 ringgit. Wah, alhamdulillah (kedua).
Ngobrol-ngobrol.. Ternyata abang tadi dari Cirebon. Mas Junaedi. Dia kerja di sebuah peternakan ayam. Dia juga menuju kota Untuk Mengirimkan uang ke keluarganya di Indonesia.
Sesampainya di terminal bus kota, saya pun langsung mencari Pusat Belia.. Ya saya tau dari beberapa blog lain bahwa tempat ini adalah swbuah hostel tipe dormitory dengan harga sewa termurah. 10ringgit/ sekitar 100rb IDR/malam.
Mas Junaedi pun menemani saya keliling dan sekarang sudah bertemu mbak Sri. Temennya mas Jun. Pekerja Indonesia lain asal sukabumi yang bekerja di slaah satu foodcourt.
Not my lucky day, pusat belia hari itu full Book. Mungkin karena memang minggu kemarin adalah ulang tahun kemerdekaan negara itu. Mbak sri menyarankan saya menginap dt empat lain. Akhirnya kami Menemukan hostel sederhana di salah satu gwdung dekat terminal bus. Tipe dormitory 15 ringgit. Uffht, yasudahlah saya terima. Receptionisnya memberi tahunsaya bahwa di dalam kamar sudah ada tamu dari Jepang dan filipina. Memasuki kamar, kesan jelek pun langsung menhampiri. Tamu Jepang tersebut di atas sedang tiduran, setengah telanjang dan hanya menggunakan sarung. Dan dia tidak bisa english.. Duh. Yasudah saya langsung pilih tempat tidur terdekat dengan pintu keluar dan langsung jalan lagi.
Reception Pusat Belia, Kota Bandar Seri Begawan |
Entrance Rest house seharga 15 Ringgit Brunei / malam. 1 kamar berisi 5 beds. |
Sore itu mendung. Tujuan saya sebenarnya ingin mampir ke kampung ayer. Tapi karena ada mas jun dan mbak sri, akhirnya kami menikmati mie ayam di warung dekat terminal bis. Penjual Mie ayam adalah orang Indonesia. ternyata banyak sekali orang Indonesia di negara ini. Makan bertiga seharga 13ringgit / 130rb IDR. OMG (kedua).
Setelahnya, kami pun berpisah. Mas Jun kembali pulang ke daerah Muara. Mbak Sri harus masuk kerja sampai jam 9. Dan saya langsung menuju salah satu tempat yang memang sudah saya incar.
Ya, Masjid Sultan Oman Ali Syaifuddin. Salah satu masjid terindah di Asia. Awalnya saya berharap bisa hunting sunset di tempat ini. Tapi sekali lagi, sore itu mendung.
Sore itu |
One of the most calming adzan at one of the most beautiful masjid.
Transportasi yang sulit menghambat saya untuk mengelilingi kota kecil ini malam hari. Menurut beberapa blog lain, ada pasar malam di tempat lain yang menjual makanan. Dan di dekatnya ada Mall dengan fasilitas bioskop. Tetapi karena rasa Mager (Malas Gerak), sore itu sampai malam saya menghabiskan waktu dengan solat magrib - solat Isya di masjid. Setelahnya, saya mencari makan malam dan mengobrol tentang kehidupan di negara Brunei dengan Mbak Sri setelah dia pulang kerja. Ternyata Brunei seperti ini itu...
Good night.
-------------------------------------------------------
More picture on Instagram : @gillnegara
Komentar