Pilih Teknik Arsitektur atau Desain Interior?




Tulisan ini terinspirasi dari Instagram post Akun IG Arsitekturpedia.id. Ada salah seorang follower-nya yang menanyakan beda antara Arsitektur dan Desain Interior dan mana di antara keduanya yang lebih membutuhkan Seni. Spontan aku memberikan komentar.

Komentarku seperti ini: "Kalau suka hal-hal detail, suka warna-warna fabrics (kain), karpet, furniture, layout dalam ruang, lebih tepat masuk Desain Interior. Karena Arsitektur adalah mendesain layout secara makro, menata ruang luar dan ruang dalam menjadi sebuah bangunan. Mengatur layout bangunan dan tanah di sekitarnya. Lebih seni mana? Ya keduanya perlu seni dan teknik."



Komentarku tersebut menjadi Top Comment pada postingan tersebut. Bisa jadi karena komentarnya panjang saja sih, bukan karena bermutu. haha.

Ok, pada blog ini saya coba jelaskan lebih mendetail dengan penjelasan versi saya. Ingat, VERSI SAYA, YAH! *nge-Gas. Jadi kalau ada hal yang kurang, ya maafkan. Saya mencoba menjelaskannya dengan contoh gambar-gambar dari proyek kantor yang sedang berjalan.

Apa dan bagaimana sih Arsitektur itu?

Arsitektur adalah merencanakan, menyusun, memadukan, menata ruang-ruang pada sebuah lahan kosong sehingga perpaduan tersebut membuat hubungan antar-ruang, membuat tingkatan ruang, membuat susunan ruang menjadi baik dan nyaman. Contohnya pada proyek hotel yang sedang kami kerjakan berikut. Gambar di bawah ini disebut Denah Lantai Dua Hotel XYZ. 

Denah Lantai Dua Hotel XYZ. Courtesy: Kantorku. Architect: Department of Architecture, Thailand.
Dapat dilihat bahwa Sang Arsitek menata dan menyusun ruang-ruang yang terdapat pada program ruang menjadi sebuah denah dan susunan ruang yang baik. Dari Denah di atas, kita dapat melihat ruang Lobby Utama pada Hotel XYZ. Sang Arsitek menata Lobby Utama di Lantai Dua. Pada Lantai Satu terdapat ruang-ruang pendukung seperti Toilet, Marketing Office, Kids Club, Executive Club Lounge, dan Luggage Room. Sedangkan di Lantai Tiga terdapat ruangan Spa dan Health Club (Gym). 

Mengapa kok Lobby Utama langsung di Lantai Dua? Ya itu merupakan pertimbangan seorang arsitek ketika menata ruang dan memutuskan menjadikan bangunan berapa lantai. Pertimbangannya banyak, misalnya membuat Ruang Lobby lebih luas dan lebih tinggi. Sehingga tamu yang datang ke Hotel ini harus melalui Ramp Masuk dan Ruang Penerima yang megah.

Arsitek juga mendesain bentuk massa bangunan yang terdiri dari dinding luar, sekat dinding-dinding dalam, mendesain bentuk dan tinggi lantai, fasade bangunan, atap bangunan dan material pelapisnya. Semuanya menggunakan konsep-konsep tertentu. Hasil dari desain bentuk massa bangunan adalah seperti berikut: 

Bentuk Tower Lobby yang memperlihatkan Pintu Masuk Utama Hotel Lobby pada Lantai Dua.
Courtesy: Kantorku. Architect: Department of Architecture, Thailand.

Bentuk massa dan fasade Tower Lobby pada bagian lain.
Courtesy: Kantorku. Architect: Department of Architecture, Thailand.

Kita dapat melihat hasil desain arsitektur mulai dari Bentuk dan Massa Bangunan, dibuat dari material apa saja, dan dapat merasakan susunan ruangan yang baik. Bagi orang tertentu, mereka bisa merasakan susunan ruang yang berkualitas. Sampai ada kata-kata berikut: "Gedungnya bagus, ya", "Ruang-ruangnya enak, ya", "Material gedungnya mahal dan mewah", "Oh, gedung tersebut terlihat konsep Balinya", dan lainnya. 
Begitulah lingkup Desain Arsitektur. Bisa kebayang, kan? Nah bagaimana dengan Desain Interior?

Apa dan bagaimana sih Desain Interior itu?

Desain Interior adalah merencanakan, menyusun, memadukan, menata barang-barang pada sebuah ruang kosong (biasanya sudah ditentukan batasnya oleh Arsitek) sehingga perpaduan barang-barang tersebut membuat sebuah ruang menjadi menarik, memiliki gaya (style), baik, nyaman dan (biasanya) berkelas (classy). Lingkup pekerjaan Desain Interior meliputi penentuan material pelapis lantai, dinding, plafon, fixed furniture, loose furniture, karpet, cushion, bantal kursi, gordyn, lampu dinding (wall sconce), Artwork, dan banyak lainnya. Contohnya pada proyek hotel yang sedang kami kerjakan berikut. Gambar di bawah ini disebut Desain Interior Lobby Utama Hotel XYZ. 

Courtesy: Kantorku. Interior Designer: Andra Matin Architects, Indonesia.

Ruang Penerima Lobby Utama. Pengunjung bisa merasakan ruang dan melihat material pelapis pada lantai, dinding, dan plafond.
Dapat dilihat bahwa dalam Desain Interior lebih banyak hal yang perlu dipikirkan. Bahasa sehari-harinya "lebih banyak perintilan dan hal-hal kecil". Misal:

1. Memilih material lantai, dinding, fixed furniture, dan plafon dapat dari puluhan pilihan seperti batu alam, marmer, granit, batu koral, marmer buatan, keramik, mozaik, parket kayu, semen ekspos, karpet, kaca, cat polos, cat tekstur, aluminium panel, wallpaper, panel kayu, veneer, Kulit sintetis, rotan, dan lain sebagainya.

2. Memilih material dan bentuk loose furniture juga menjadi tantangan. Hampir semua klien menginginkan bahwa ada style tertentu. Artinya adalah desain lantai, dinding, plafon, fixed furniture  dan loose furniture harus nyambung, termasuk skema warnanya (color scheme). Loose furniture adalah furniture yang lepas dari dinding. Misalnya meja resepsionis, sofa, kursi, rugs (karpet satuan), nakas, dan lainnya.

3. Setiap kursi dan sofa harus ada bantalnya. Sofa juga harus dilapis dengan material kain (fabric). Desain barang ini pun sangat banyak pilihan. Mungkin opsi paduan desain dan material pelapis bisa mencapai ribuan paduan.

4. Ruang interior juga membutuhkan Artwork, seperti: lukisan, pajangan dinding, foto, kain hias, dan lainnya. Hal ini biasanya menjadi lingkup interior. Kalaupun dipisah, Person in Charge artwork harus berkoordinasi dengan Si Desainer.

 5. Ruang interior juga membutuhkan desain pot tanaman, tempat sampah, panel kelistrikan, saklar (switches), dan hal-hal yang berhubungan dengan operasional gedung nantinya.


Hasil desain ruang Lobby Lounge oleh Andra Matin Architects.

Fixed Furniture berupa panel kayu pelapis kolom. Loose Furniture berupa kursi, sofa, meja, coffee table, pot tanaman, floor lighting, dan lainnya.

Fixed Furniture berupa panel kayu pelapis kolom dan panel plafon. . Loose Furniture berupa kursi, sofa, meja, coffee table, pot tanaman, floor lighting, dan lainnya. 


Menurut saya, ada bagian yang memang beririsan antara Arsitektur dan Desain Interior. Yaitu bagaimana mendesain lantai, dinding, dan plafon ruangan. Terkadang, ada arsitek yang menginginkan bagian ruangan tersebut menjadi lingkup pekerjaan mereka. Tujuannya agar 'nyambung' dengan desain bangunan luar secara keseluruhan. 

Mana yang lebih perlu Seni?
Keduanya perlu seni. Pernah dengar istilah 'Arsitektur adalah paduan antara Teknik dan Seni'? Mungkin kalau dibahas lebih detail, saya berpendapat bahwa Desain Interior lebih perlu Seni. Buktinya, Jurusan Desain Interior masuk Fakultas / Sekolah Seni Rupa di ITB, hehe. Sedangkan Arsitektur masuk Fakultas/ Sekolah Arsitektur dan Perencanaan Kota. Bahkan waktu jaman saya, jurusannya disebut Teknik Arsitektur.

Dan satu hal lagi bahwa keduanya perlu Selera/Taste. Sebuah privilege kalau lingkungan sekitar kita mendukung pengetahuan kita soal selera/taste. Karena pemilihan material akan jauh lebih mudah dan lebih cepat. Apalagi ketika selera kita cocok dengan klien.

Tetapi tenang saja, Seni, Gaya (Style), dan Selera (Taste) biasanya diajarkan juga di bangku kuliah. Ada yang berupa kuliah pilihan. Intiny, ketiga hal tersebut dapat dipelajari dan dibangun dengan proses belajar.


Bagaimana dengan peluang kerja?
Menurutku, dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa satu bangunan hasil Teknik Arsitektur bisa terdiri dari beberapa ruang. Tentunya ruang-ruang dalam tadi membutuhkan desain interior. Contoh: satu gedung Lobby di Hotel XYZ terdiri dari 3 lantai. Di dalamnya terdapat 8-10 ruangan yang perlu desain interior. Kebayang, kan?

Biasanya, banyak Arsitek yang bisa mengerjakan Desain Interior. Tetapi sedikit sekali Desainer Interior yang bisa menjadi Arsitek. Khususnya ketika mendesain Gedung dengan skala yang luas dan besar. Bagaimana dengan saya? Bisa dibilang saya seorang Arsitek meskipun belum bersertifikat. Tetapi saya menghindari mendesain interior bangunan karena menurut saya, Desain Interior itu sangat merepotkan, banyak barang yang harus ditentukan letaknya, warnanya, style-nya, harganya, dan banyal lagi. Pokoknya ribet, deh!

Good luck, ya!

Komentar

Niendita mengatakan…
Nice info Gan!
gillnegara mengatakan…
makasih, Sis!
Anonim mengatakan…
terima kasih min artikelnya sungguh membantu saya
gillnegara mengatakan…
Hi Anonim,

you're welcome. Semoga membantu kamu untuk memilih ya.
Good luck!
Angel Tan mengatakan…
Konten keren.. Jarang-jarang orang mau abisin waktu untuk bagiin ilmu..

Salam sukses selalu kak ... :)

Dari : Blog Pemainayam
gillnegara mengatakan…
Hi Kak Angel Tan,

Terima kasih udah mampir. Semoga bermanfaat buat kita semua.
jasa desain interior mengatakan…
terima kasih kak, bermanfaat sekali :)
gillnegara mengatakan…
Hi jasa desain interior,

terima kasih sudah berkunjung.
Jual Rumah Bintaro mengatakan…
Terimakasih informasinya.. sangat bermanfaat
gillnegara mengatakan…
Hi Jual Rumah Bintaro,

terima kasih sudah berkunjung.
you're welcome.
Sub Studio mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Rider mengatakan…
Maaf, saat kakak memilih teknik arsitektur/desain interior, kakak memang sudah punya pengetahuan dikit-dikit atau belum ada sama sekali? 🙏🙏
Terimakasih
gillnegara mengatakan…
Hi Rider,

maaf baru respon.
saat dlu memilih Jurusan Arsitektur, saya merasa belum ada pengetahuan mendalam. dulu salah satu alasannya karena suka/bisa menggambar saja.

tapi betul, sebaiknya coba pelajari lagi kalau tertarik ke jurusan2 tersebut agar punya pengetahuan lebih banyak.

Tks

Postingan Populer