Desa Kabuyutan Cipaku, Sumedang


Entah sudah keberapa kali kami melakukan perjalanan bersama mereka, Ramala dan Wibi. Awal diajak pun saya tidak tahu kemana tujuannya. Berhubung pada saat itu, pikiran lagi kosong dan libur weekend panjang, tanpa mikir lebih jauh, saya menyanggupi ikut. Tetapi saya mengajukan persyaratan, bahwa kita harus berangkat sebelum Subuh untuk menghindari macet yang biasa terjadi di daerah Jatinangor menuju Cadas Pangeran. Deal.

Tiba di Bandung pukul 11 malam dan langsung menuju kamar tempat kami biasa menginap di rumah Ramala. Lelah, saya pun langsung tertidur menyusul Wibi yang mimpinya sudah jauh di depan. Bahkan ketika saya datang pun dia tidak sadar :D.

Alarm berbunyi pukul 3 pagi. Kami pun bersiap untuk berangkat. Well, perjalanan sebelum Subuh selalu menarik bagi saya, dimanapun daerahnya. Karena suasana yang sepi dan jalanan yang lancar. Apalagi kalau berada di gunung ketika mau mengejar matahari terbit. Dan benar, daerah Jatinangor kami lewati dengan lancar. Kami pun berhenti untuk melaksanakan solat Subuh di salah satu SPBU.

Ketika di daerah Sumedang kota menuju Wado, saya pun baru membahas apakah kita akan melewati desa yang akan ditenggelamkan menjadi waduk Jatigede. Karena saya membaca di milis ITB tentang hal ini. Dan, barulah mereka memberitahu bahwa memang ke tempat tersebut tujuan kami. *hammer.
Singkat cerita, sampailah kami di desa Cipaku dengan menyetir sangat mengantuk. Kami pun menuju rumah Teh Awang. Ramala sudah pernah ke tempat ini sebelumnya.

Beristirahat sebentar, saya memanfaatkannya untuk tidur. Sambil menunggu sarapan dibuat :p. Done, sudah jam 9. Kami bersiap melakukan trekking berkeliling desa sambil melihat tempat-tempat yang dikeramatkan oleh warga sekitar. Melewati sawah, ladang, sungai, bukit kecil. Kira-kira suasananya seperti foto-foto di bawah.







Kami pun mampir ke makam Tajimalela. Jaraknya sekitar 1 jam dari desa ini. Setau saya, Tajimalela adalah salah satu perguruan pencak silat terkuat dan tertua di Jawa Barat. Dulu ketika masih aktif bersilat, sangat sulit mengalahkan perguruan Tajimalela ketika ada pertandingan silat di Bandung.
Makam mbah Tajimalela. Posisiya memang didesain di atas bukit. Sangat mistis
Beginilah sebuah desa dan area yang akan ditenggelamkan menjadi waduk. Menurut berita dua hari lalu, sepertinya pemerintah akan mengisi air pada cekungan ini sekitar Juli 2015. Kadang terpikir, kenapa daerah lumbung padi yang sangat produktif sampai ditenggelamkan untuk menyediakan pengairan bagi daerah (yang direncanakan) menjadi lumbung padi juga. Padahal belum tentu sesubur daerah ini.




Daerah lumbung padi produktif yang berasnya berasa sangat enak. 


Tetapi yah, kalau tertarik lebih jauh mengenai desa ini, Wibi secara apik menceritakannya di blog nya. Silakan kunjungi: http://wibowowibisono.com/blog/54-kabuyutan-cipaku .
Da saya mah apa atuh, cuma bisa cerita perjalanannya.

Ruang tamu tempat kami tidur. Kebetulan sudah dirapihkan sedikit menjelang pulang.
cheers !!! see you on next trip





Komentar

Wibowo Wibisono mengatakan…
Hahaa..... iya maaf, saya emang susah dibangunin kalo udah tidur.....

Postingan Populer